Happy Salma Sukses Memerankan Inggit Garnasih

Posted : 22 Dec 2011

Bakti Budaya Djarum Foundation bekerjasama dengan Titimangsa Foundation dan Mainteater sukses menggelar monolog Happy Salma berjudul “Inggit” di Gedung Dewi Asri STSI Bandung, Jalan Buahbatu Bandung, pada hari kamis 22 Desember 2011.

Monolog yang disutradarai oleh Wawan Sofwan itu menceritakan tentang kisah Inggit Garnasih, seorang wanita yang pernah menjadi pendamping hidup Soekarno. Nama Inggit Garnasih memang tidak terlalu terkenal, namun dalam lakon yang ditulis oleh Ahda Imran tersebut mampu menunjukkan bahwa keberadaan perempuan asal Bandung ini mempunyai peranan yang sangat besar dalam perjuangan Soekarno. Itulah sebabnya, monolog yang berdurasi sekitar dua jam itu mampu membuat gedung berkapasitas 800 orang menjadi penuh. Dalam sehari, monolog Inggit dipentaskan sebanyak dua kali dan hasilnya sangat sukses.

Happy Salma seakan mampu menghidupkan kembali Inggit Garnasih. Dia seperti kembali hadir di tengah-tengah penonton lalu menuturkan kisah perjalanan hidupnya mulai saat bertemu dengan Soekarno hingga perjalanannya dalam mendampingi perjuangan Soekarno. Tata panggung sederhana dan minim properti digambarkan sebagai rumah Inggit, tempat Soekarno kos semasa masih menjadi mahasiswa di Bandung. Cerita mengalir dengan dramatis, kata demi kata begitu bermakna dan sarat sejarah


Dalam sejarah, tercatat bahwa Inggit adalah salah satu istri Soekarno yang sangat setia. Namun dari pentas monolog tersebut dapat terungkap lebih dalam lagi. Inggit adalah salah seorang yang paling berjasa pada keteguhan dan keyakinan Soekarno akan perjuangannya. Namun demi kata “Tidak” pada keinginan Kusno (panggilan akrab Inggit kepada Soekarno), Inggit memilih pergi. Meminta Kusno menceraikannya dan memulangkannya kembali ke Bandung. Kota dimana ia dulu pertama mengenal Kusno, yang kemudian menjadi awal dari kesetiaan Inggit mendampingi Kusno, mengayominya, memberinya semangat, menterjemahkan pikiran-pikiran Kusno kepada masyarakat dengan bahasa Sunda, menyelundupkan buku ketika Kusno berada dalam penjara, bahkan menemaninya selama masa pembuangan. Inggit adalah istri, kekasih, teman, sekaligus ibu bagi Kusno dalam perjuangannya sebagai aktivis pergerakan hingga di ambang kemerdekaan. Tapi di ambang moment itulah Inggit berkata “Tidak” pada keinginan Soekarno untuk menikah lagi.


Demi kata “Tidak” Inggit melupakan pilihan untuk disebut sebagai ibu Negara yang tinggal di Istana dan justru memilih kembali meracik dan menjual jamu di Bandung. Tapi Inggit tidak pernah mengeluh, apalagi membenci dan menaruh dendam pada Kusno atau pada perempuan yang menjadi istrinya. Cinta selalu memaafkan, sebagaimana Inggit memaafkan dan tetap menyayangi Kusno di luar kata “Tidak” jika harus dimadu.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya