Jakarta, 13 Juni 2019 – Didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Ciputra Artpreneur dengan bangga mempersembahkan pertunjukan teater kelas dunia I LA GALIGO yang akan berlangsung pada 3, 5, 6, dan 7 Juli 2019 di Ciputra Artpreneur Theater. I La Galigo adalah sebuah pementasan musik-teater yang naskahnya diadaptasi dari ‘Sureq Galigo’.
‘Sureq Galigo’ adalah wiracarita mitos penciptaan suku Bugis (circa abad 13 dan 15) yang terabadikan lewat tradisi lisan dan naskah-naskah, dan kemudian dituliskan dalam bentuk syair menggunakan bahasa Bugis dan huruf Bugis kuno.
Dalam adaptasi naskah panggung ini, ‘Sureq Galigo’ menjadi dasar dari sebuah kisah yang menggambarkan petualangan perjalanan, peperangan, kisah cinta terlarang, pernikahan yang rumit, dan pengkhianatan. Elemen-elemen ini dirangkai menjadi cerita besar yang begitu menarik, dinamis, dan ternyata masih memiliki relevansi dengan kehidupan modern zaman sekarang.
Karya musik-teater I La Galigo ini bercerita melalui tarian, gerak tubuh, soundscape dan penataan musik gubahan maestro musik Rahayu Supanggah di bawah penyutradaraan salah satu sutradara teater kontemporer terbaik dunia saat ini, Robert Wilson. Pertunjukan yang berdurasi dua jam ini akan amat memukau karena tata cahaya dan tata panggung yang spektakuler.
Untuk menciptakan ekspresi yang lebih dramatis, sebanyak 70 instrumen musik, mulai dari instrumen tradisional Sulawesi, Jawa, dan Bali akan dimainkan 12 musisi untuk mengiringi pertunjukan ini. Penataan bunyi dan musik ini merupakan sebuah hasil karya dan hasil kerja intensif melalui riset yang tidak main-main di bawah penyelia Rahayu Supanggah.
“Mulai dari tahun 2001 kami mempelajari naskah tua yang dianggap sakral dalam budaya Bugis tersebut, sekaligus mendalami budaya Sulawesi Selatan. Setelah tiga tahun, akhirnya pada tahun 2004 kami melakukan pementasan pertama I La Galigo di Esplanade, Singapura. Setelah melanglang buana ke 9 negara dan 18 tahun telah berlalu, I La Galigo kembali hadir di Jakarta untuk naik pentas di Ciputra Artpreneur. Kami berharap pertunjukan yang telah kami rangkai secara modern ini dapat memperkenalkan naskah kuno asli Indonesia kepada generasi muda, sekaligus mengusik keingintahuan masyarakat untuk lebih mendalami seni budaya Indonesia sehingga tidak punah,” ujar Restu I. Kusumaningrum, Ketua Yayasan Bali Purnati dan Direktur Artistik I La Galigo.
Sejak pentas perdananya di Esplanade Theatres on the Bay (Singapura) pada 2004, lakon ini terus menuai pujian saat digelar di kota-kota besar dunia, seperti: Lincoln Center Festival di New York, Het Muziektheater di Amsterdam, Fòrum Universal de les Cultures di Barcelona, Les Nuits de Fourvière di Prancis, Ravenna Festival di Italy, Metropolitan Hall for Taipei Arts Festival di Taipei, Melbourne International Arts Festival di Melbourne, Teatro Arcimboldi di Milan, sebelum kembali ke Makassar untuk dipentaskan di Benteng Rotterdam.
I La Galigo juga terpilih sebagai pementasan khusus berkelas dunia pada saat Annual Meetings IMF-World Bank Group 2018 di Bali, bahkan media sekelas The New York Times pun tak segan menyebutnya "stunningly beautiful music-theater work" ketika I La Galigo menjadi pembuka pada Lincoln Center Festival 2005.
“Banyaknya apresiasi yang diberikan terhadap pertunjukan I La Galigo baik di dalam maupun luar negeri membuktikan bahwa budaya kita luar biasa indahnya di mata dunia. Maka tak heran jika negara ini dijuluki zamrud khatulistiwa, karena Indonesia memang punya beragam potensi yang luar biasa. Sudah jadi komitmen bagi Bakti Budaya Djarum Foundation untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap kekayaan dan keberagaman budaya tanah air. Kami tidak akan berhenti mendukung industri seni kreatif Indonesia agar kekayaan budaya Indonesia semakin dikenal, baik dalam negeri maupun internasional,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
I La Galigo merupakan sebuah harta seni budaya Indonesia. Penghargaan masyarakat internasional pada karya ini sudah terbukti, sehingga kini, sudah selayaknya masyarakat Indonesia juga dapat menyaksikan sebuah pentas mahakarya asli Indonesia yang tak kalah menarik dengan kisah “Mahabharata” maupun “Ramayana”.
Tiket pertunjukan dapat dibeli dengan harga mulai dari Rp 475.000 hingga Rp 1.850.000 melalui Loket.com, Go-Tix, dan www.ciputraartpreneur.com. Dapatkan diskon 25% dengan menggunakan Kartu Kredit/Debit BCA. Bagi pengguna kartu Kredit BCA, dapat langsung bertransaksi di Loket.com. Pengguna kartu Debit BCA, dapat langsung hubungi Ciputra Artpreneur melalui Whatsapp di 0819 0538 5251.
***
TIM KREATIF I LA GALIGO
Direction, set design, lighting concept : Robert Wilson
Music : Rahayu Supanggah
Text adaptation and dramaturgy : Rhoda Grauer
Indonesian Co-Producer and Artistic Coordination : Restu I. Kusumaningrum
Costume Designer : Joachim Herzog
Co-Director : Ann Christin Rommen/Charles Chemin
Lighting design : A.J. Weissbard
Collaborator to set design : Christophe Martin
Textile design and costume coordination : Yusman Siswandi and Airlangga Komara
Original Production (2004-2011) by Change Performing Arts, Milan, Italy.
Co-produced with The Bali Purnati Center for the Arts, Indonesia.
Commissioned by Esplanade - Theatres on the Bay Singapore, Lincoln Center Festival New York, Het Muziektheater Amsterdam, Fòrum Universal de les Cultures Barcelona 2004, Les Nuits de Fourvière, Rhône-France, Ravenna Festival Italy in collaboration with Otelo/Elsinor Barcelona, Polimnia Paris and Crt Artificio Milan.
Under the auspices Tanri Abeng of Yayasan La Galigo.
Sekilas tentang BAKTI BUDAYA DJARUM FOUNDATION
Sebagai salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah, Indonesia, PT Djarum memiliki komitmen untuk menjadi perusahaan yang turut berperan serta dalam memajukan bangsa dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam Indonesia.
Berangkat dari komitmen tersebut, PT Djarum telah melakukan berbagai program dan pemberdayaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di masyarakat dan lingkungan selama kurun waktu 60 tahun. Pelaksanaan CSR ini dilaksanakan oleh Djarum Foundation yang didirikan sejak 30 April 1986, dengan misi untuk memajukan Indonesia menjadi negara digdaya yang seutuhnya melalui 5 bakti, antara lain Bakti Sosial, Bakti Olahraga, Bakti Lingkungan, Bakti Pendidikan, dan Bakti Budaya. Semua program dari Djarum Foundation adalah bentuk konsistensi Bakti Pada Negeri, demi terwujudnya kualitas hidup Indonesia di masa depan yang lebih baik dan bermartabat.
Dalam hal Bakti Budaya Djarum Foundation, sejak tahun 1992 konsisten menjaga kelestarian dan kekayaan budaya dengan melakukan pemberdayaan, dan mendukung insan budaya di lebih dari 3.500 kegiatan budaya. Beberapa tahun terakhir ini, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan inovasi melalui media digital, memberikan informasi mengenai kekayaan dan keragaman budaya Indonesia melalui sebuah situs interaktif yang dapat diakses oleh masyarakat luas melalui www.indonesiakaya.com. Kemudian membangun dan meluncurkan "Galeri Indonesia Kaya" di Grand Indonesia, Jakarta pada 10 Oktober 2013. Ini adalah ruang publik pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memadukan konsep edukasi dan multimedia digital untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia agar seluruh masyarakat bisa lebih mudah memperoleh akses mendapatkan informasi dan referensi mengenai kebudayaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan dan tanpa dipungut biaya.
Bakti Budaya Djarum Foundation bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang mempersembahkan “Taman Indonesia Kaya” di Semarang sebagai ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan yang diresmikan pada 10 Oktober 2018, bertepatan dengan ulang tahun Galeri Indonesia Kaya ke-5. Taman Indonesia Kaya merupakan taman dengan panggung seni pertunjukan terbuka pertama di Jawa Tengah yang memberikan warna baru bagi Kota Semarang dan dapat menjadi rumah bagi para seniman Jawa Tengah yang bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan pertunjukan seni budaya secara gratis.
Bakti Budaya Djarum Foundation juga melakukan pemberdayaan masyarakat dan rutin memberikan pelatihan membatik kepada para ibu dan remaja sejak 2011. Hal ini dilatarbelakangi kelangkaan dan penurunan produksi Batik Kudus akibat banyaknya para pembatik yang beralih profesi. Untuk itu, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan keterampilan dan keahlian membatik kepada masyarakat Kudus agar tetap hadir sebagai warisan bangsa Indonesia dan mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa menghilangkan ciri khasnya. Lebih lanjut informasi mengenai Bakti Budaya Djarum Foundation dapat mengakses www.djarumfoundation.org, www.indonesiakaya.com.
Sekilas tentang YAYASAN BALI PURNATI
BUMI PURNATI INDONESIA
Pada 2007, PT. Bumi Purnati Indonesia resmi berdiri di Jakarta sebagai sebuah perusahaan produksi seni mandiri yang bertujuan menghasilkan karya seni dalam berbagai disiplin. Purnati memiliki niat untuk menjadi agen transformasi atau inkubator untuk mengeksplorasi pemikiran dan konsep baru dengan cara berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pertukaran budaya, intelektual dan artistik dalam masyarakat Indonesia yang amat kaya budaya. Restu Imansari Kusumaningrum, sebagai pendiri, dikenal karena dedikasinya terhadap seni baik sebagai seorang seniman maupun sebagai manajer atau produser untuk karya-karya seni lokal dan internasional.
Di bawah kemitraan dengan Yayasan Bali Purnati, Bumi Purnati Indonesia telah turut memproduksi beberapa karya penting, antara lain, I La Galigo karya Robert Wilson yang terinpsirasi epos Bugis, kolaborasi Kronos Quartet dan Rahayu Supanggah untuk The World Masters ' Festival in Arts & Culture, Under the Volcano karya Yusril Katil untuk 6th Theatre Olympics di Beijing dan sekali lagi dipentaskan di Theatre Works Singapore pada bulan April 2016, dan pengembaraan gamelan Rahayu Supanggah “Sakti: L'Armonia Del Cielo” yang ikut berpartisipasi di Spoleto Festival dei Due Mondi 2013 dan di Esplanade Concert Hall Singapore pada bulan Agustus 2014.
Setelah sukses membawa I La Galigo dalam tur dunia selama delapan tahun, Bumi Purnati sekali lagi bermitra dengan Change Performing Arts di Milan untuk mempersembahkan Indonesia National Pavilion at the 55th International Art Exhibition la Biennale di Venezia 2013. Bertajuk "SAKTI", Paviliun Indonesia ini menghadirkan lima seniman kontemporer: Albert Yonathan Setyawan, Eko Nugroho, Entang Wiharso, Sri Astari dan Titarubi. Pada tahun 2015, Bumi Purnati kembali berpartisipasi dalam 56th International Art Exhibition la Biennale di Venezia dengan menghadirkan seniman kontemporer terkenal dunia Heri Dono dalam karyanya yang bertema “Voyage-Trokomod”.
Pada 2018 Bumi Purnati Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Bali Purnati, menampilkan beberapa pertunjukan kelas dunia di Indonesia. Pada bulan September, setelah tiga tahun mempersiapkan pertunjukan dan pelatihan aktor bersama-sama dengan Suzuki Company of Toga (SCOT), Dionysus akhirnya akan mementaskan pertunjukan khusus di Prambanan, Yogyakarta, setelah pementasan world premiere di Jepang. Pada bulan Oktober, bermitra dengan Yayasan Bali Purnati, I La Galigo - Revival 2018 naik panggung sebagai collateral event dari Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, pada 9, 10, 12 dan 13 Oktober 2018.
Pada 24 November 2018, di Panggung Akshobya Candi Borobudur, "Under the Vulcano juga hadir pada saat Borobudur Writers & Cultural Festival (MWCF) 2018.
YAYASAN BALI PURNATI
The Bali Purnati Centre for The Arts, yang dikenal di Indonesia sebagai Yayasan Bali Purnati didirikan pada tahun 1999 sebagai sebuah yayasan nirlaba internasional yang berdedikasi untuk pelestarian, promosi, presentasi dan penciptaan arahan baru dalam seni pertunjukan, seni visual dan seni desain. Yayasan ini ditujukan untuk dokumentasi teks, gambar dan film - karya tradisional dan karya baru.
Pusat kesenian yang indah dan tenang ini terletak sangat strategis di pulau Bali di wilayah Batuan, Kabupaten Gianyar, Bali. Batuan adalah tempat yang telah lama dikenal dengan musik klasik, kontemporer, tarian, lukisan, ukiran kayu, patung batu dan bentuk budaya lainnya. Nama Purnati, mengacu pada bahasa Bali sebagai "keseluruhan" atau "hati murni".
Sekilas tentang CIPUTRA ARTPRENEUR
Ciputra Artpreneur yang berlokasi di Ciputra World 1 Jakarta, Kuningan memiliki Theater berstandar internasional dengan kapasitas 1.157 kursi, dan Multi-Function Hall yang dapat mengakomodir tamu hingga 2.000 orang, yang dapat digunakan untuk berbagai acara seperti pameran, talkshow, workshop, peluncuran produk, gala dinner, konser, fashion show, acara korporasi, pernikahan, hingga pertunjukan seni dan theater. Selain itu, juga memiliki Museum yang menampilkan karya Hendra Gunawan koleksi pribadi dari Dr. (HC) Ir. Ciputra.
Ciputra Artpreneur bertujuan untuk mengembangkan industri kreatif Indonesia melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan berbasis seni dan budaya dengan cakupan yang luas dari seni rupa, seni kriya dan desain, arsitektur, seni pertunjukan, serta seni musik.
Ciputra Artpreneur Gallery
Sebuah multi-function hall seluas 1.500 meter persegi berkapasitas hingga 2.000 orang, dilengkapi dengan fasilitas layar proyeksi yang memenangkanaward dari MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk sistem proyeksi audio visual terpanjang di Indonesia berukuran 60 x 12 meter. Keunggulan lainnya yang dimiliki Ciputra Artpreneur Gallery adalah adanya pemandangan kota Jakarta. Beberapa acara yang pernah diselenggarakan adalah UOB Painting of The Year, Fashion Show Sebastian Gunawan, Launching Google Android, pameran, seminar, pernikahan, dan corporate event.
Ciputra Artpreneur Museum
Ciputra Artpreneur Museum pertama kalinya menampilkan karya terbesar maestro pelukis Hendra Gunawan yang merupakan koleksi pribadi Dr. (HC) Ir. Ciputra. Pendirian Museum Ciputra Artpreneur berawal dari persahabatan yang erat antara Ir. Ciputra dengan pelukis Hendra Gunawan. Saat ini terdapat 32 lukisan dan 18 sketsa Hendra Gunawan yang dipamerkan di museum.
Ciputra Artpreneur Theater
Salah satu Theater di Indonesia yang berstandar internasional dengan kapasitas 1.163 kursi. Theater ini dilengkapi dengan sound system terbaik dari Meyer MICA, serta memiliki kualitas tata pencahayaan, suara, dan akustik yang berstandar internasional. Ciputra Artpreneur Theater telah menyelenggarakan pertunjukan Broadway pertama di Indonesia seperti Beauty and The Beast, dan pertunjukan lain seperti Shrek The Musical, Annie, Vienna Boys Choir, dan Shaolin Warriors.
Penghargaan
***
Informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:
IMAGE DYNAMICS
Rara #0821 2616 7682 (rara@imagedynamics.co.id)
Amanda #0812 9828 7317 (amanda@imagedynamics.co.id)
Tisiana #0812 1869 9177 (tisiana@imagedynamics.co.id)