Kabayan Jadi Presiden

Posted : 20 Jul 2012

Setelah membawa budaya Yogyakarta dengan gaya cerita yang unik dalam pertunjukan “Jogja Broadway : Apel, I’m in Love” pada 26 – 27 April kemarin, kali ini Djarum Apresiasi Budaya menghadirkan kebudayaan Sunda yang dikemas apik oleh tim kreatif Indonesia Kita, Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto, dan Agus Noor dalam sebuah pertunjukan berjudul “Kabayan Jadi Presiden”. Pertunjukan kedua seri Indonesia Kita 2012 tersebut digelar di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki Jakarta pada tanggal 13 – 15 Juli 2012.

“Program Indonesia Kita yang kami dukung ini merupakan sebuah cara kreatif untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat. Setelah sebelumnya berkreasi dengan dunia dongeng yang mengangkat kebudayaan Yogyakarta, kali ini mengangkat sebuah tokoh sunda, si Kabayan, yang memiliki pribadi kental dengan nilai-nilai budayanya. Kami yakin misi pertunjukan Indonesia Kita 2012 ini dapat menjadi tontonan yang menarik dan menghibur, serta mengangkat nilai dan moral budaya Indonesia ,” ujar Renitasari, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.Kabayan, tokoh mitos dari ranah Pasundan mewakili kerinduan dan harapan publik akan pemimpin yang peduli pada nasib rakyat. Pergelaran penuh sentilan, satire, dan gambaran kelakuan pejabat dan politikus yang penuh aroma Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) ini mendapat sambutan antusias dari masyarakat pencinta seni, perindu budaya, dan masyarakat luas. Bahkan, penonton tak beranjak dari kursi kendati durasi pentas berlangsung hingga 3,5 jam. Pertunjukan diwarnai improvisasi spontan namun terencana baik sehingga melahirkan cerita yang sangat menghibur namun tetap tidak lepas dari alur. Didi Petet sebagai sutradara, berperan sebagai Kabayan versi sepuh, Peggy Melati Sukma sebagai  Iteung, Tisna Sanjaya sebagai Kabayan masa kini, dan Kabayan masa lalu yang satu lagi diperankan Oni SOS. Peran lainnya yang dihadirkan adalah Sek(s)Jen Partai Cakcak Bodas (cicak putih) yang dimainkan Joe Project P, ketua partai Mang Imank dan istri ketua partai Heliana Sinaga. Pertunjukan semakin segar dengan kehadiran komedian Argo yang menduplikasi da’i Aa Gym.“Kabayan bukan sekadar tokoh yang lucu dan lugu. Kabayan bukan hanya menghadirkan kekonyolan. Kabayan sesungguhnya sebuah cara berfikir alternatif. Itulah yang ingin  saya hadirkan dalam pementasan ini,” jelas Didi Petet yang didaulat sebagai sutradara “Kabayan Jadi Presiden”.

Bersamaan dengan pentas itu, diselengarakan pula Pasar Kuliner Indonesia Kita yang menghadirkan aneka kuliner khas Sunda yang meliputi  Bandung, Bogor, Purwakarta sampai Karawang, Garut sampai Tasik, Sukabumi – Cianjur, Cirebon sampai Kuningan, hingga Banten, antara lain: Geco, Laksa Cibinong, Nasi Tutug Oncom, Nasi Pepes, Lotek, Nasi Timbel, Soto Sadang, Sate Maranggi, Nasi Jamblang, Nasi Liwet Sunda, Asinan, Batagor, Mie kocok, Yamin Bandung, Soto Bogor, Surabi Karawang, Empal Gentong, Nasi Lengko, Sate Bandeng, Ketan Bumbu atau Ulen Bakar, Batagor, Cuanki, Cireng, Cincau Ijo, Bir kocok, Asinan Bogor, Es Mangga, Bansus, Moci Sukabumi, Colenak, dan lain-lain.

Indonesia Kita ialah program pementasan yang didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya, yang mengolah gagasan dan semangat terus berproses “menjadi Indonesia”. Pentas-pentas yang digagas Indonesia Kita berusaha terus merefleksikan semangat untuk mencintai Indonesia, yakni proses menjadi bangsa yang semakin menghargai jalan kebudayaan, dengan semakin menempatkan nilai-nilai yang toleran, menghargai pluralisme dan keberagaman sebagai sesuatu yang inheren dalam proses berbangsa dan bernegara.

Konsistensi dalam mengembangkan bentuk-bentuk kepedulian terhadap hasil budaya harus terus dilakukan. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap kekayaan dan keragaman budaya Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia. Karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya