Drama Musikal "Sang Kuriang" Legenda Rakyat Jawa Barat dalam Balutan Musik Klasik

Posted : 27 Feb 2013

Djarum Apresiasi Budaya membuktikan komitmennya untuk terus melestarikan warisan Budaya Indonesia, khususnya seni pertunjukan dan tidak terkecuali legenda rakyat. Memulai tahun 2013 bekerjasama dengan Paduan Suara Universitas Katolik Parahyangan mempersembahkan Drama Musikal yang berjudul “Sang Kuriang”, sebuah kisah legenda rakyat Jawa Barat yang dikemas secara opera melalui sentuhan musik Dian HP (Komposer) dan Avip Priatna sebagai Music Director. Pertunjukkan yang disutradarai oleh Wawan Sofwan ini digelar pada tanggal 1 -3 Februari 2013 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

“Djarum Apresiasi Budaya, tidak hanya konsisten dengan pelestarian budaya Indonesia, namun juga sangat mendukung pengembangannya. Kita akan menyaksikan perpaduan dua tradisi antara kisah legenda tradisional Jawa Barat dengan balutan musik ala opera yang identik dengan kebudayaan klasik Eropa. Melalui perpaduan budaya dalam Drama Musikal Sang Kuriang, kita belajar untuk membuka diri dengan kebudayaan luar tanpa menghilangkan akar dan identitas kita sebagai bangsa Indonesia,” ujar Renitasari, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Sang Kuriang merupakan Legenda populer dari Tanah Sunda, dan dalam pementasan kali ini mengambil naskah musikal (libretto) karya sastrawan Utuy Tatang Sontani (meninggal pada 1979). Walaupun legenda ini sudah sangat tua, tetapi pertunjukan tersebut terasa tetap aktual dan modern. Sutradara Wawan Sofyan berhasil membawa penonton terpana sepanjang pertunjukan.

Ada perbedaan antara cerita Sang Kuriang yang diterjemahkan oleh Utuy dengan kisah legenda yang kita kenal. Perbedaan itu antara lain mengenai karakter si Tumang yang bukan seekor anjing seperti dalam versi tradisional, melainkan seorang budak miskin, cacat, bongkok, dan buruk rupa. Dalam akhir kisah ini, Sangkuriang juga tidak menendang perahu menjadi gunung, tetapi di akhir cerita Dayang Sumbi justru bunuh diri untuk menolak menjadi istri Sang Kuriang. Akhirnya Sang Kuriang juga menyusul kematian Dayang Sumbi dengan bunuh diri juga. Hal ini membuat kisah Sang Kuriang berakhir lebih tragis. Utuy juga sengaja memberi judul naskahnya 'Sang Kuriang' (bukan Sangkuriang), yang dimaksudkan sebagai 'Sang Dewata'.

Penonton terhanyut dan terpana oleh sajian vokal indah dan prima dari Sita Nursanti sebagai Dayang Sumbi, dan Farman Purnama (bergantian dengan Gebriel Harvianto) sebagai Sang Kuriang. Ekspresi perasaan masing-masing tokoh yang disuarakn lewat nyanyian terasa semakin membuai. Apalagi para pemain mampu memberi tekanan-tekanan emosi dalam setiap nada sesuai dengan maksud naskahnya. Kekompakan dan harmonisasi vocal yang disajikan Paduan Suara Universitas Katolik Parahyangan juga sangat memikat. Secara menyeluruh, pertunjukan ini mampu menghipnotis penonton dari tiap adegan demi adegan.

Di dalam kisah-kisah legenda daerah di Indonesia tersimpan nilai-nilai luhur serta ajaran-ajaran moral yang berakar dari sejarah setempat. Melalui Drama Musikal Sang Kuriang, Djarum Apresiasi Budaya bersama dengan Paduan Suara Universitas Katolik Parahyangan berusaha membangkitkan kembali ingatan masyarakat tentang kisah-kisah daerah agar dapat diteruskan ke generasi selanjutnya. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia. Karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya