Orde Omdo: Satire Politik Yang Artistik Ala Indonesia Kita

Posted : 22 Dec 2013

Djarum Apresiasi Budaya kembali sukses mendukung program Indonesia Kita yang kali ini mengangkat lakon “Orde Omdo”. Pertunjukan sukses dipentaskan pada 20 – 21 Desember 2013 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.  ‘Orde Omdo’ ini berkisah tentang seorang kepala desa yang telah habis masa jabatannya dan ingin melangggengkan kekuasaannya dengan hubungan kekerabatan. Sementara kandidat lain, seorang politikus muda yang menjadi idola karena ketenarannya, juga maju mencalonkan diri. Pertentangan keduanya ternyata menguakkan sejarah keluarga mereka yang selama ini ditutupi.

Butet Kartaredjasa, Agus Noor, dan Djaduk Ferianto adalah tiga budayawan yang kemampuannya tidak perlu diragukan lagi dalam mengangkat isu sosial menjadi suatu pertunjukan yang menarik dan dikemas secara artistik. Melalui pertunjukan ini, masyarakat diajak untuk merenungkan modernitas dalam berbagai keberagaman di Indonesia, dengan komedi, musik, dan tari-tarian yang melengkapi elemen artistik selama Pertunjukan.

Kesuksesan pertunjukan ini tak lepas dari dukungan nama-nama besar seperti Marwoto, Susilo Nugroho, Cak Lontong, Yu Ningsih, Trio GAM, Kelompok Sahita, Alit dan Gundi. Tak ketinggalan pula Happy Salma yang dipercaya untuk memerankan tokoh isteri sang politikus dalam pertunjukan Indonesia Kita yang bagian artistiknya ditangani oleh Ong Hari Wahyu ini.

Untuk melengkapi penampilan di atas penggung, para pemain menggunakan kostum rancangan Samuel Wattimena yang memasukkan unsur batik dalam artistik pertunjukannya. Kebetulan lakon ini memakai dunia industri batik sebagai latar belakang kisahnya, juga menyelipkan kisah para pengrajin batik yang hasil karyanya telah menjadi kebanggaan dunia internasional dan menjadi program nasional.

Lagu-lagu yang dibawakan oleh Sinten Remen menjadi pengiring pertunjukan yang berdurasi sekitar dua jam ini. Lagu Parodi Jatilan, Omdo, Keroncong Sunat, dan lain-lain menjadi bagian tidak terpisahkan dari pertunjukan. Sinten Remen yang dikomandani oleh Djaduk Ferianto, berhasil mengolah musik keroncong menjadi sesuatu yang menarik dalam situasi kekinian dengan memasukkan unsur-unsur musik lain, seperti jazz, blues, rock, country, samba sampai dangdut.

Sebelum mementaskan lakon Orde Omdo, Indonesia Kita telah sukses menggelar pertunjukan Nyonya-nyonya Istana pada Desember 2012 yang lalu. Indonesia Kita memang rutin menggelar pertunjukan sejak tahun 2011. Tercatat antara lain Laskar Dagelan, Beta Maluku, Kartolo Mbalelo, Mak Jogi, Kutukan Kudungga, Kadal Nguntal Negara, Kabayan Jadi Presiden dan Maling Kondang.  Dalam pentas-pentas tersebut ikut mendukung Glenn Fledly, Sujiwo Tejo, Kill The DJ, Didi Petet, Hanung Bramantyo, Oppie Andariesta, Nirina Zubir, Tom Ibnur, Yusril Katil, dan masih banyak lagi.

Pentas-pentas Indonesia Kita selalu menjadi sebuah upaya menyampaikan gagasan perihal keberagaman dan kebersamaan tentang Indonesia. Pentas menjadi sebuah jalan artistik dan kebudayaan, untuk menumbuhkan sikap toleran dan menghargai keberagaman, hingga Indonesia bisa menjadi “rumah bersama”. Dengan mengangkat kekayaan dan kekuatan etnik, sekaligus modernitas yang berlangsung dalam masyarakat,  program Indonesia Kita mendorong tumbuhnya sikap saling memahami, sikap membuka diri bagai dialog dan keberagaman.

Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya