"Gama Gandrung" karya Koreografer Muda Kelas Dunia, Bathara Saverigadi

Posted : 15 Jun 2014

Opera Gama Gandrung karya seniman muda yang telah meraih banyak prestasi Bathara Saverigadi Dewandoro telah sukses digelar pada tanggal 11 Juni 2014 pukul 19.30 wib di Gedung Kesenian Jakarta. Pergelaran ini dilaksanakan dalam rangka penutupan acara Jakarta Anniversary Festival ke XII tahun 2014.

Bathara Saverigadi Dewandoro, merupakan koreografer muda berbakat, penyandang  gelar Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai koreografer kelas dunia termuda  berbasis seni tari tradisi. Bathara tumbuh di lingkungan seniman tradisi. Ayahnya Suryandoro, adalah  begawan tari alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Progam Studi Komposisi Tari, Sementara ibunya, Dewi Sulastri, adalah master tari dunia, alumni Institut Seni Indonesia  (ISI) Yogyakarta.

Cerita Opera Gama Gandrung  dimulai dari penyerbuan kompeni untuk merebut Blambangan dari kekuasaan Mangwi yang berakhir dengan perang bayu dan dimenangkan kompeni. Rakyat blambangan terpencar di desa-desa, di pedalaman, bahkan banyak yang berlindung di hutan-hutan. Munculah kesenian gandrung yang dibawa oleh laki-laki jejaka dan keliling desa menyelamatkan sisa-sisa rakyat blambangan dengan mengadakan pergelaran serta mendatangi tempat - tempat yang dihuni rakyat blambangan. Dikenal dengan nama GANDRUNG LANANG.

Kegandrungan masyarakat terhadap gandrung lanang dimanfaatkan untuk menata strategi dalam upaya melawan penjajah yang ada di bumi Blambangan. Namun demikian Gandrung Lanang ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi karena diharamkan laki-laki yang berdandan seperti perempuan. Hingga gandrung lanang benar-benar lenyap setelah kematian generasi terkhirnya yaitu MARSAN. Tradisi gandrung mulai muncul kembali yang dinamai dengan gandrung WADON yang dimulai oleh SEMI wanita pertama yang mengangkat kesenian gandrung.

Beberapa kelompok sosial tertentu, terutama kaum santri menilai bahwa penari Gandrung adalah perempuan yang berprofesi amat negatif dan mendapatkan perlakuan yang tidak pantas, tersudut, terpinggirkan dan bahkan terdiskriminasi dalam kehidupan sehari-hari. Seiring berjalanya waktu, kesenian gandrung wadon ini terus berkembang di bumi blambangan hingga akhirnya menjadi ikon kabupaten Banyuwangi.

Pertunjukan yang diselenggarakan oleh Yayasan Swargaloka bersama Gedung Kesenian Jakarta dan didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini disutradarai oleh Bathara serta menghadirkan 30 seniman muda dari Jakarta dan Surakarta. Pertunjukan berlangsung sangat kreatif dan dramatis dengan menghadirkan penata musik Sri Waluyo dari Institut Seni Indonesia (IS) Surakarta dan penataan panggung oleh Agus Linduaji, dan didukung oleh Painting and violin performance Ki Fatur Gamblang.

Kehadiran karya ini semoga dapat menjadi inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya dan meningkatkan rasa cinta pada budaya sendiri. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

Gama Gandrung karya Koreografer Muda Kelas Dunia, Bathara Saverigadi


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya