Produksi Teater Koma ke-136 "REPUBLIK CANGIK" KETIKA PANAKAWAN MENENTUKAN NASIB NEGARA

Posted : 25 Oct 2014

Teater Koma yang didukung oleh Djarum Apresiasi Budaya kembali sukses menampilkan lakon terbarunya di atas panggung dengan judul Republik Cangik. Produksi Teater Koma ke-136 ini dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta pada tanggal 13 hingga 22 November 2014.

Selain mendukung pertunjukan, Djarum Apresiasi Budaya juga berpartisipasi dalam program apresiasi seni pertunjukan Teater Koma, yaitu sebuah program yang bertujuan untuk mengajak guru, mahasiswa, pelajar, dan perwakilan pekerja seni teater di Jakarta untuk menonton pertunjukan Teater Koma. Program ini diharapkan memberikan ruang apresiasi bagi masyarakat terutama yang belum pernah menonton karya Teater Koma sebelumnya, sehingga mereka menemukan referensi mengenai sajian artistik serta konsep dramaturgi yang detil dari karya Teater Koma.

Pementasan ini berkisah tentang Cangik, panakawan wanita dari Kerajaan Mandura yang bertugas memilih pemimpin Negeri Suranesia setelah Maharaja Surasena, pemimpin sebelumnya meninggal dunia. Cangik beralih fungsi menjadi juri yang bertugas memilih satu Maharaja dari enam calon yang maju. Mereka adalah Santunu Garu, Dundung Bikung, Graito Bakari, Burama-Rama, Binanti Yugama dan Jaka Wisesa. Mereka semua merasa dirinya pantas dan mampu memerintah Suranesia.

Memilih penguasa berikut adalah tugas mulia. Dengan ajian sakti peninggalan Maharaja sebelumnya, Cangik berhasil memanggil tokoh-tokoh besar dunia wayang untuk ikut menjadi juri dalam sayembara ini. Para juri tersebut adalah Semar (sang panakawan senior), Betari Permoni (ratu para setan), Betara Narada (perdana menteri para dewa), Raden Gatotkaca (wakil Pandawa), Raden Lesmono (wakil Kurawa), dan Riri Ratri (putri raja Kediri).

Akting memikat aktris Teater Koma dalam pertunjukan berjudul Republik Cangik

“Teater merupakan media untuk berekspresi dan selalu memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada penonton melalui harmonisasi akting, tari, musik, visual dan beragam unsur lainnya. Pada produksi ke-136 ini kami mengajak penonton berpikir apa jadinya kalau tugas memilih pemimpin negara harus diemban seorang panakawan? Apakah sesudah musibah, adakah berkah? Ini merupakan pertanyaan bagi kita semua dan pementasan ini menjadi cerminan bagi kita untuk melihat diri kita secara jujur”, ujar Nano Riantiarno, penulis naskah dan sutradara pementasan ini.

Pementasan ini merupakan lakon ke-4 yang berjudul “Republik” dan menggunakan nama tokoh panakawan setelah sebelumnya mementaskan Republik Bagong, Republik Togog dan Republik Petruk. Tiap lirik lagu dalam Republik Cangik ini digubah menjadi komposisi musik oleh Idrus Madani dan diaransemen oleh Fero A. Stefanus, sedangkan arahan gerak diberikan oleh Elly Luthan.

Produksi terbaru ini menghadirkan aktor-aktris kawakan Teater Koma seperti Rita Matu Mona, Budi Ros, Subarkah Hadisarjana, Anneke Sihombing, Dorias Pribadi, Alex Fatahillah, Ohan Adiputra, Daisy Lantang, Ratna Ully, Raheli Dharmawan, Supartono JW dan Emmanuel Handoyo. Turut mendukung adalah para pemain muda seperti Tuti Hartati, Bayu Dharmawan Saleh, Angga Yasti, Suntea Sisca, Ade Firman Hakim, dan Rangga Riantiarno.

Adegan penutup Teater Koma Republik Cangik

Setting dunia wayang dihadirkan dalam atmosfer artistik karya Onny Koes, sapuan cahaya garapan Deray Setyadi, balutan kostum rancangan Rima Ananda Omar, sentuhan tata rias Sena Sukarya dan didukung oleh Tinton Prianggoro sebagai pengarah teknis serta Bayu Dharmawan Saleh dan Sari Madjid sebagai pimpinan dan wakil pimpinan panggung.

Teater Koma terus berproses kreatif tiada henti, karya demi karya mengalir produktif dari kelompok teater yang tahun ini berumur 37 tahun. Konsistensi yang dilakukan oleh Teater Koma menjadi inspirasi bagi kita untuk terus melakukan eksplorasi gagasan sejauh mungkin dalam menghasilkan karya-karya kreatif. Bahkan Teater Koma juga berhasil dalam regenerasi anggota yang merupakan kunci utama keberlangsungan sebuah komunitas. Teater Koma selalu mempersembahkan sajian artistik yang indah dan detil, kemampuan aktor aktrisnya yang luar biasa, serta mampu menggelar pertunjukannya selama lebih dari dua minggu berturut-turut.

Dengan semakin maraknya kegiatan budaya tentunya dapat semakin meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap kekayaan dan keragaman budaya Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia. Karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya