Pagelaran "Siti Soendari", Karya T-TA Paramadina

Posted : 05 Feb 2014

Tepat di ulang tahun yang ke lima, UKM Tari Tradisional Universitas Paramadina (T-TA Paramadina) didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation menghadirkan karya pagelaran tari berjudul “Siti Soendari”, pada tanggal 1 Februari 2014 bertempat di Gedung Pertunjukan Bulungan Jakarta, Jalan Kebayoran Baru Blok. C.

Sekilas mengenai kisah “Siti Sundari”. Siti Sundari dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah, pada tanggal 25 Agustus 1905. Dia adalah seorang pengajar di Kweek School atau sekolah guru. Namanya tidak sepopuler R.A Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika dan tokoh perempuan yang lainnya. Namun perjuangannya untuk Indonesia tidak kurang heroik dari pada tokoh-tokoh perempuan yang lain. Hal ini terbukti dari kehadirannya dalam Konggres Pemuda II, pada tanggal 28 Oktober 1928, di Kramat Raya Jakarta. Dia adalah satu diantara perempuan yang lain yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Dalam kiprahnya, Siti Sundari sangat memperhatikan bagaimana seharusnya “Manusia Indonesia” mengambil posisi dalam membentuk tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia. Hal ini terekam dari keberanianya meningalkan bahasa intelektualnya yaitu bahasa Jawa dan Belanda dengan mempelajari secara  serius bahasa Indonesia. Padahal pada zaman itu di Jawa, bahasa Indonesia masih minim digunakan, orang-orang bangsawan lebih banyak mengunakan bahasa Jawa dan Sunda sementara para cendekiawan lebih banyak mengunakan bahasa “Walanda”. Maka tidak heran para perserta Kongres Perempuan Indonesia pertama yang digelar di Yogyakarta pada tanggal 22 Desember 1928 merasa kagum dengan Siti Sundari yang tampil dengan penuh semangat dalam pidatonya yang berbahasa Indonesia yang berjudul “Kewadjiban dan Tjita-tjita Poetri Indonesia”.

Perjuangan Siti Sundari dalam upaya mengisi semangat ke-indonesia-an menjadi inspirasi dalam karya ini. Diharapkan semangat tersebut tetap diperjuangkan oleh generasi muda Indonesia dalam mengisi kemerdekaan. Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya