Pesona Silat Jawa-Minang Tonggak Raso & tra•jec•to•ry Karya Eko Supriyanto dan Ali Sukri

Posted : 11 Sep 2016

Pertengahan tahun ini kita mendapat kesempatan untuk menyaksikan duel karya koreografer tari kontemporer Indonesia yang tengah banyak mendapat sorotan di dunia seni pertunjukan, yaitu Eko Supriyanto dari Surakarta dan Ali Sukri dari Padang Panjang.

Pesona Silat Jawa-Minang : Tonggak Raso & tra•jec•to•ry Karya Eko Supriyanto dan Ali Sukri didukung oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, dan Bakti Budaya Djarum Foundation, serta bekerjasama dengan berbagai lembaga seni yaitu Yayasan Ekosdance, Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta, Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus, serta NuArt Sculpture Park, Bandung.

Pesona Silat Jawa-Minang melakukan tour keliling di pulau Sumatera dan Jawa, mengunjungi titik-titik yang dianggap potensial untuk perkembangan seni pertunjukan di Indonesia. Jadwal pementasan adalah : tanggal 12 Agustus 2016 di Gedung Hoeriyah Adam, ISI Padang Panjang, tanggal 6 September 2016 di Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta, tanggal 8 September 2016 di Auditorium Universitas Muria Kudus, tanggal 10 September 2016 di NuArt Sculpture Park, Bandung.

Kedua karya yang ditampilkan bersama ini memiliki kesamaan dari segi insisiasi gerak, yang mengambil silat sebagai dasar koreografi dan filosofi dalam penciptaannya. Namun, karya-karya ini lahir dari dua orang koreografer yang berbeda generasi. Eko Supriyanto memasuki fase puncak karirnya pada tahun 2000-an hingga sekarang, dan Ali Sukri muncul sekitar 10 tahun sesudahnya.

Ali Sukri, dengan dasar Silat Minangnya, menciptakan ‘Tonggak Raso‘  dengan mengambil sudut pandang ke arah luar, di mana ia merasa pentingnya sebuah tonggak dalam diri seseorang sebagai mekanisme pertahanan diri dalam menerima berbagai pengaruh dari lingkungan luarnya; sementara Eko Supriyanto, yang memiliki dasar Silat BIMA di Magelang, memilih untuk menggali ke dalam, menelusuri akar tanah dan filosofi leluhurnya sebagai upaya penguatan identitas, yang ia wujudkan dalam sebuah interpretasi gerak yang dituangkannya dalam karya “tra.jec.to.ry”.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya