Batik, Seribu Tahun Lagi

Posted : 07 Oct 2011

Sebagai tindak lanjut diakuinya Batik Indonesia sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO, acara World Batik Summit (WBS) 2011 diselenggarakan pada akhir September lalu, dengan maksud untuk memperingati Hari Batik Nasional. Acara yang dibuka oleh Presiden RI Susilo bambang Yudhoyono, betujuan untuk semakin memantapkan citra budaya batik ke dunia internasional.

Partisipasi Djarum Apresiasi Budaya dalam kegiatan tersebut, adalah wujud nyata komitmen dan kepedulian Djarum Apresiasi Budaya terhadap pelestarian batik Indonesia, terutama batik Kudus.
 
Selain berpartisipasi dalam event World Batik Summit di Jakarta, Djarum Apresiasi Budaya juga terlibat dalam kegiatan Pameran Batik Nasional yang bertajuk Batik, seribu tahun lagi, di Lapangan Jetayu, Pekalongan.
 
Kegaiatan pameran batik yang juga masih dalam rangkaian peringatan Hari Batik Nasional ini, dibuka oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono. Turut hadir pula Istri wakil Presiden Herawati Budiono, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu serta solidaritas istri kabinet bersatu, yang didampingi oleh Renitasari Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, pada 5 Oktober di kawasan kota tua seputar jalan dan lapangan Jatayu, Pekalongan.
 
 “Berkat kegigihan kita semua, termasuk kegiatan pameran semacam ini, Batik telah menjadi icon bangsa, menunjukan bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang memiliki seni dan budaya,” ungkapnya saat memberi sambutan.
 
Menurutnya batik adalah identitas dan jati diri yang melekat dan membedakan Indonesia dari bangsa lain. Batik juga menjadi penopang semangat kita untuk berdiri sejajar dengan bangsa lain.
 
“Acara ini merupakan usaha untuk meningkatkan pelestarian batik sebagai warisan budaya Indonesia, dan ini adalah wujud kepedulian dan komitmen kami dalam melestarikan dan mencintai hasil budaya bangsa, khususnya batik“ ujar Renitasari Program Director Bakti Budaya - Djarum Foundation. 
 
Acara ini juga menampilkan pameran kuliner tradisional Pekalongan dan galeri batik seluruh nusantara melalui media payung batik dan becak batik. Terdapat juga booth Djarum Apresiasi Budaya. 
 
Batik Kudus merupakan karya multikultur, karena dipengaruhi oleh budaya Cina, dan Arab, sehingga menghasilkan berbagai motif unik sebagai ciri khas batik Kudus. Salah satu contoh adalah motif kapal kandas, karya Yuli Astuti. Motif ini terinspirasi dari sejarah kapal Dampo Awang milik Sam Po Kong yang kandas di gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah yang berkhasiat sebagai obat-obatan yang sekarang tumbuh subur di gunung Muria. Cengkeh, daun tembakau dan alat pelinting rokok sebagai simbol Kudus sebagai kota kretek juga dimasukkan dalam desain batik tersebut. 
 
Di kalangan pecinta kain, batik Kudus dikenal sebagai batik peranakan yang halus dengan isen-isen (isian dalam ragam pola utama) yang rumit sebagaimana umumnya batik Jawa Tengah. Diantara isen-isen yang dikenal dalam Batik Kudus adalah isen gabah sinawur, moto iwak, mrutu sewu dan lain sebagainya.
 
Kegiatan yang diselenggarakan ini pastinya semakin menambah pengetahuan kita mengenai ragam batik di nusantara serta membuat kita semakin bangga terhadap kekayaan yang dimiliki tanah air Indonesia. 
 
 

Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya