Produksi Ke-149 Teater Koma Persembahkan Lakon "Warisan"

Posted : 20 Aug 2017

Masih dalam perayaan hari jadinya yang ke-40 Teater Koma yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation mempersembahkan lakon berjudul Warisan. Naskah baru karya N. Riantiarno ini sukses digelar di Gedung Kesenian Jakarta mulai dari tanggal 10 – 20 Agustus 2017.

“Teater Koma terus berproses kreatif tiada henti, karya demi karya mengalir produktif dari kelompok teater yang tahun ini berumur 40 tahun. Konsistensi yang dilakukan oleh Teater Koma menjadi inspirasi bagi kita untuk terus melakukan eksplorasi gagasan sejauh mungkin dalam menghasilkan karya-karya kreatif. Teater Koma selalu mempersembahkan sajian artistik yang indah dan detil, kemampuan aktor aktrisnya yang luar biasa, serta mampu menggelar pertunjukannya selama dua minggu berturut-turut.” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Selain mendukung pertunjukan, Bakti Budaya Djarum Foundation juga berpartisipasi dalam program apresiasi seni pertunjukan Teater Koma, yaitu sebuah program yang bertujuan untuk mengajak 200 pekerja seni teater, guru, dan mahasiswa di Jakarta untuk menonton pertunjukan Teater Koma. Program ini diharapkan memberikan ruang apresiasi bagi masyarakat terutama yang belum pernah menonton karya Teater Koma sebelumnya, sehingga mereka menemukan referensi mengenai sajian artistik serta konsep dramaturgi yang detil dari karya Teater Koma.

Pertunjukan ini bercerita tentang sebuah panti werdha yang dulu merupakan kebanggaan kota. Kaum tua dan terlantar ditampung di panti tersebut, banyak orang yang menyumbang sukarela. Delapan tahun kemudian, panti wedha itu berubah. Mereka mulai menampung orang-orang kaya yang mampu membayar mahal. Panti werdha pun dibagi dua, untuk orang kaya dan untuk orang-orang miskin. Sebuah tembok tinggi memisahkan kedua tempat itu tanpa ada pintu yang menghubungkan.

Di tempat orang kaya, ada penulis terkenal yang mencari ilham, ada persahabatan, percintaan, bahan diskusi politik yang membahas: apakah warisan negeri hanya korupsi dan utang. Di sisi lain tembok, orang miskin sangat tidak terawat. Ada yang pindah ke panti wedha lain, beberapa masih tetap tinggal disana karena tak mampu pindah. Mereka hanya bisa pasrah. Biaya makin tinggi, area untuk orang miskin semakin sempit. Semua harus membayar, tentu saja membayar dengan harga yang sangat mahal.

“Warisan merupakan naskah baru yang saya tulis pada tahun 2017, dan saya rasa naskah ini cocok dimainkan saat ini, sekaligus merayakan hari jadi kami yang ke-40 tahun. Pementasan ini pun berbeda dengan pementasan Opera Ikan Asin di bulan Maret lalu, Warisan tidak ada ilustrasi musik dan tidak ada tarian yang biasa ditampilkan oleh kami. Sebagian besar tokoh pemain dirias selayaknya berusia 70 tahun dan Warisan akan memberikan kejutan dalam teknik perpindahan set. Kami harap, apa yang kami persiapkan dalam lakon ini dapat menjadi tontonan yang menghibur dan pesan yang ingin kami sampaikan dapat diterima dengan baik oleh penonton,” ujar N. Riantiarno, penulis dan sutradara Teater Koma.

Pementasan Warisan didukung oleh Idris Pulungan, Budi Ros, Ratna Riantiarno, Rita Matu Mona, Ohan Adiputra, Daisy Lantang, Elly Luthan, Dorias Pribadi, Raheli Dharmawan, Ratna Ully, Tuti Hartati, Bayu Dharmawan Saleh, Sir Ilham Jambak, Rangga Riantiarno, Netta Kusumah Dewi, Julung Ramadan, Palka Kojansow, Dana Hassan, Ariffano Marshal, Suntea Sisca, Andhini Puteri Lestari, Toni Tokim, Roma Gia, Radhen Darwin, Ledi Yoga, Indrie Jati, Alex Fatahillah dan Febri Siregar.

Tata busana oleh Alex Fatahillah, tata rias garapan Subarkah Hadisarjana didukung PAC Martha Tilaar akan berpadu dengan tata artistik dan tata cahaya panggung garapan Taufan S. Chandranegara, didukung oleh pimpinan panggung Marshal Ariffano, pengarah teknik Tinton Prianggoro serta pimpinan produksi Ratna Riantiarno, di bawah arahan co-sutradara Ohan Adiputra dan sutradara N. Riantiarno.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya