Produksi ke 26 Program Indonesia Kita “Koruptor Pamit Pensiun”

Posted : 21 Oct 2017

Program Indonesia Kita kembali menghadirkan kolaborasi kreatif para seniman lintas daerah dalam pementasan terbarunya dengan lakon Koruptor Pamit Pensiun yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dan sukses dipentaskan pada 20 – 21 Oktober 2017 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Lakon ini merupakan lakon keempat sekaligus lakon penutup yang mengangkat Lintas Benua, Silang Budaya yang menjadi tema pementasan Indonesia Kita tahun ini.

“Tema Lintas Benua, Silang Budaya yang diangkat Indonesia Kita tahun ini menampilkan proses kreatif dari seniman-seniman lintas daerah dari bermacam disiplin seni, berkolaborasi di atas panggung dan berproses bersama merawat warisan-warisan kebudayaan. Setelah sukses mengangkat tema ini pada pementasan lakon Presiden Kita Tercinta, Pesta Para Pencuri serta Laskar Bayaran, Indonesia Kita kembali menyajikan refleksi persoalan kekinian yang dikemas dan ditampilkan secara kreatif oleh para pekerja seni Indonesia di atas panggung. Semoga pementasan ini memberikan cakrawala pemikiran baru bagi para penikmat seni,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Lakon Koruptor Pamit Pensiun produksi terbaru tim kreatif Indonesia Kita yang terdiri dari Butet Kertaredjasa, Agus Noor dan Djaduk Ferianto ini berkisah tentang seorang tokoh yang dikenal baik dan bersih, jujur dan bijaksana, mendadak membuat pengakuan: bahwa ia sesungguhnya seorang koruptor. Ia sudah bosan menyembunyikan segala perilaku busuk kotornya, dan berniat pensiun sebagai koruptor.

Pengakuan itu membuat heboh, karena para aparat hukum menjadi kebingungan. Bagaimana kalau semua pejabat dan politisi tiba-tiba mengaku dirinya koruptor dan masuk penjara? Lalu bagaimana dengan bangsa ini? Siapa yang akan mengurus negara? Bisa-bisa terjadi kekosongan kekuasaan, dan ini bisa berbahaya. Akan banyak pihak yang memanfaatkan keadaan untuk kepentingannya sendiri.

Agar tidak terjadi hal-hal yang semakin membahayakan keadaan, para aparat hukum pun memohon agar tokoh itu mau mencabut niatnya untuk pensiun dini sebagai koruptor. Kalau semua berhenti jadi koruptor, maka seluruh aparat hukum bisa menganggur. Dan bisa-bisa KPK bubar. Ini bahaya.

Sementara itu seorang dokter ahli syaraf menjadi penasaran dengan koruptor yang pamit pensiun itu. Ia bermaksud meneliti otak sang koruptor. Ini kasus langka yang menarik untuk diteliti secara ilmiah. Pasti akan menjadi penemuan ilmiah yang luar biasa, bila ia bisa menganalisis otak dan kepribadian koruptor yang dianggapnya begitu genius dan berbudi luhur itu.

Sementara sang koruptor yang pamit pensiun itu punya keinginan menikmati hidup tenang. Ia memilih tinggal di Panti Pensiunan, di mana ternyata banyak sekali tokoh hebat yang sudah lama pensiun dan hidup kesepian di Panti Pensiunan itu. Ada superhero dan pelawak yang telah pensiun, tinggal di panti itu.

Situasi menjadi semakin ramai, ketika koruptor dan seorang pelawak yang tinggal di Panti Pensiunan, kemudian bersepakat untuk saling menukar kepribadian dan identitas. Dokter sampai para aparat hukum semakin bingung dengan situasi ini.

“Indonesia Kita senantiasa bersifat terbuka dan mempercayai jalan kebudayaan sebagai jalan yang sangat penting untuk mendukung ‘proses menjadi Indonesia’. Terlebih ketika Indonesia hari ini seakan rentan karena dipenuhi berbagai persoalan. Maka merawat semangat ke-Indonesia-an menjadi sesuatu yang harus secara terus-menerus diupayakan. Supaya kita tidak kapok menjadi Indonesia,” ujar Butet Kartaredjasa.

Pementasan lakon yang ditulis dan disutradarai oleh Agus Noor ini menampilkan deretan pemain, antara lain Cak Kartolo Cs, Cak Lontong, Akbar, Marwoto,  Trio GAM (Gareng, Joned, Wisben), Butet Kartaredjasa, Sha Ine Febriyanti, Sruti Respati, Merlyn Sofjan, Febriati Nadira, Flora Simatupang & Steffy Burase. Para penari I-Move Project yang diiringi musik oleh Djaduk Ferianto & Kua Etnika dan dilengkapi artistik Ong Hari Wahyu ini melengkapi pementasan yang patut diapresiasi ini.

Di setiap akhir agenda pertunjukan, Indonesia Kita secara khusus mengapresiasi seniman-seniman legendaris, baik dengan cara berkolaborasi ataupun dengan mengapresiasi karya-karyanya. “Akhir tahun 2015 Indonesia Kita berkolaborasi dengan Titik Puspa dan Koes Hendratmo. Kemudian 2016 kita  merespon dan menafsir Ki Narto Sabdo. Tahun ini kita berkolaborasi dengan maestro ludruk, Cak Kartolo. Apresiasi melalui kolaborasi panggung ini penting, tidak hanya bagi sang maestro dan seniman, tetapi juga untuk generasi sekarang,” terang Agus Noor.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya