Biografi Puitis Chairil Anwar Dalam Lakon Perempuan-Perempuan Chairil

Posted : 12 Nov 2017

Menyusul kesuksesannya dalam menggelar pementasan Bunga Penutup Abad di Jakarta dan Bandung, Titimangsa Foundation didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation kali ini mengangkat sosok penyair ternama Indonesia, Chairil Anwar dalam pentas teater bertajuk Perempuan-Perempuan Chairil. Lakon ini diselenggarakan selama dua hari yaitu tanggal 11 dan 12 November 2017 pukul 20.00 WIB bertempat di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

“Chairil Anwar melalui karya-karyanya merupakan cermin sejarah untuk memaknai apa arti kemerdekaan manusia, juga kemerdekaan sebuah bangsa. Setidaknya esensi itulah yang mendorong saya mewujudkan mimpi mementaskan perjalanan hidup Chairil Anwar. Lewat puisi-puisinya, Chairil Anwar telah mengambil peran yang tak kecil demi memberi tenaga dan makna pada semangat revolusi dan kemerdekaan negeri ini. Chairil Anwar mati muda, tetapi karya-karyanya melampaui jamannya. Ia seakan tak pernah mati. Semangatnya selalu ada dan terus hidup bersama kita,” ujar Happy Salma, produser Teater Perempuan Perempuan Chairil

Pementasan ini terinspirasi dari buku berjudul “Chairil” karya Hasan Aspahani, dari buku itulah Happy Salma dan Agus Noor selaku sutradara menemukan bentuk dan fokus pemanggungan Chairil. Termasuk biografi Chairil yang berhubungan dengan sejumlah sosok perempuan yang hadir dalam puisinya, menjadi gerbang untuk memasuki dunia Chairil Anwar dengan kegelisahan hidup dan pemikirannya, serta pertaruhan yang dilakukan.

“Dengan pendekatan biografi puitik ini, penulisan lakon menjadi memiliki fleksibilitas tafsir, karena tak terlalu terbebani untuk menginformasikan sebanyak mungkin fakta-fakta seputar Chairil.  Fakta-fakta dirujuk untuk mempertegas adegan, percakapan dan konflik. Pergulatan batin dan kegelisahan Chairil (juga tokoh Ida, Sri, Mirat dan Hapsah) menjadi bisa di eksplorasi menjadi sebuah drama. Karena bagaimana pun, ini adalah pertunjukan teater yang mestilah memiliki bangunan dramatika atau dramaturgi yang diharapkan memikat,” terang Agus Noor.

Pertunjukan Perempuan-Perempuan Chairil menampilkan aktor terbaik Indonesia yaitu Reza Rahadian sebagai Chairil Anwar, Marsha Timothy sebagai Ida, Chelsea Islan sebagai Sri Ajati, Tara Basro sebagai Sumirat dan Sita Nursanti sebagai Hapsah Wiriaredja. Dimeriahkan dengan hadirnya pemain pendukung yaitu Sri Qadariatin sebagai Perempuan Malam dan Indrasitas sebagai Affandi. Pementasan ini pun didukung oleh tim kerja yang solid dan profesional yaitu Iskandar Loedin sebagai Pimpinan Artistik; Ricky Lionardi sebagai Penata Musik; Prabudi Hatma Samarta sebagai Penata Video; Retno Ratih Damayanti sebagai Penata Kostum; Yudin Fakhrudin sebagai Penata Rias; White Shoes & the Couples Company sebagai Pengisi Lagu; dan dr. Tompi sebagai Fotografer.

“Chairil Anwar adalah sosok penyair legendaris Indonesia yang melahirkan karya-karya fenomenal dan mampu menjadi sumber inspirasi banyak orang. Semangat juang yang tersirat dari karya-karya Chairil Anwar harus terus dikobarkan agar kita selalu berusaha maksimal demi memajukan Indonesia menjadi negara digdaya yang seutuhnya. Pertunjukan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap penulis besar Indonesia, serta membuktikan bahwa karya sastra Indonesia tetap aktual dan dapat diangkat melalui kemasa kekinian sehingga lebih mudah diapresiasi oleh masyarakat terutama generasi muda. Kami harap, melalui pertunjukan Perempuan-Perempuan Chairil, kita lebih mengenal sosok Chairil Anwar dan kisah dibalik puisi-puisi ciptaanya,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Lakon ini tersaji dalam empat babak, yang menggambarkan hubungan Chairil dengan empat perempuan yakni Ida, Sri, Mirat dan Hapsah. Empat perempuan istimewa, mereka menggambarkan sosok perempuan pada jaman itu. Ida Nasution adalah mahasiswi, penulis yang hebat, pemikir kritis dan bisa menyaingi intelektualisme Chairil ketika mereka berdebat. Sri Ajati, juga seorang mahasiswi, bergerak di tengah pemuda-pemuda hebat pada zamannya. Ikut main teater, jadi model lukisan, gadis ningrat yang tak membeda-bedakan kawan. Sumirat, juga seorang yang terdidik yang lincah. Tahu benar bagaimana menikmati keadaan, mengagumi keluasan pandangan Chairil, menerima dan membalas cinta Chairil dengan sama besarnya tapi akhirnya cinta itu kandas. Lalu akhirnya Chairil disadarkan oleh Hapsah, bahwa dia adalah lelaki biasa. Perempuan yang memberi anak pada Chairil ini begitu berani mengambil risiko mencintai Chairil karena tahu lelaki itu akhirnya akan berubah, meskipun itu terlambat, tapi ia tahu Chairil menyadari bahwa Hapsah benar. Empat perempuan yang tak sama, empat cerita yang berbeda. Tanpa mengecilkan arti dan peran perempuan lain, tapi lewat cerita empat perempuan ini kita bisa mengenal sosok Chairil juga dunia yang hendak ia jadikan, serta zaman yang menghidupi dan dihidupinya.

Pertunjukan ini  turut didukung oleh berbagai pihak yang memberikan perhatian penuh yaitu Bakti Budaya Djarum Foundation, Wahana Kreator – Plot Point, Sariayu Martha Tilaar, Herbana, Teh Botol Sosro, Double Tree by Hilton Jakarta - Diponegoro, Antangin Mint, Arkaan Property Construction Designer, DSS, Almond Tree, Blibli.com serta media partner Bens Radio, Sonora FM, Smart FM dan Motion FM.

Semoga kegiatan ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat terutama generasi muda untuk terus berkarya serta meningkatkan rasa cinta dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya