Menparekraf: SMKN 1 Kudus Jateng Bisa Dijadikan Percontohan Sekolah Kuliner - www.parekraf.go.id


Posted : 19 Feb 2014

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu berharap SMK Negeri 1 Kudus, Jawa Tengah, bisa dijadikan percontohan sekolah kuliner untuk sekolah menengah kejuruan lainnya. Menparekraf mengatakan hal itu, pada acara peresmian Sekolah Kuliner Dapur Nusantara BNI di SMKN 1 Kudus di Kabupaten Kudus, pada Rabu 12 Februari 2014.

Hadir pada acara tersebut, Menparekraf Mari Elka Pangestu, Presiden Direktur Djarum Foundation Victor R. Hartono, Bupati Kudus Muhammad Musthofa, pakar kuliner William Wongso, dan Wakil Direktur Utama Bank Negara Indonesia Felia Salim.

Sekolah percontohan yang dimaksud, yakni dalam hal mendidik siswa yang dianggap lebih kompeten dan terampil dalam mengolah masakan tradisional. Siswa SMK Negeri 1 Kudus, Jawa Tengah, jurusan tata boga diwajibkan bisa menguasai cara membuat aneka kuliner khas Tanah Air yang berjumlah 30 jenis atau dikenal 30 ikon kuliner tradisional di Tanah Air.

"Apalagi, sekolah tersebut sudah memasukkan 30 ikon kuliner tradisional sebagai kurikulum wajib dan setiap siswa juga wajib menguasai cara mengolah aneka makanan dan minuman khas Tanah Air," ujar Mari Elka Pangestu

Ia berharap, pada masa mendatang juga banyak SMK lain yang akan belajar soal kuliner di tempat itu. "Kami juga berharap, para siswa dan guru di sini menjadi percontohan Indonesia," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, dia juga mengingatkan para lulusan agar tidak perlu khawatir dalam mencari pekerjaan, karena permintaannya masih cukup besar. Mengingat sektor kuliner merupakan sektor terbesar di industri kreatif yang nilainya mencapai Rp 208,6 triliun, dan penyerapan tenaga kerjanya antara 3-4 juta pekerja. Ungkapnya.

Dengan diresmikannya Sekolah Kuliner Dapur Nusantara BNI di SMKN 1 Kudus itu, dia berharap lulusannya semakin berkualitas dan menjadi daya tarik tersendiri dalam mendapatkan siswa baru. Sarana dan prasarana yang dimiliki, yakni "teaching kitchen" dengan standar internasional, ruang kelas memasak dengan "cooking theater", dan "teaching restaurant" sebagai ajang praktik siswa, diharapkan menjadi motivasi tersendiri para siswa.

Bupati Kudus Musthofa mengaku bersyukur karena Kudus menjadi perhatian sejumlah pihak, menyusul adanya bantuan Sekolah Kuliner Dapur Nusantara di SMKN 1 Kudus yang secara khusus diresmikan oleh Ibu Mari Elka Pangestu. "Pemda Kudus tidak bisa berbuat banyak tanpa bantuan sejumlah pemangku kepentingan," ujarnya.

Bantuan program tersebut, berasal dari Bank Negara Indonesia yang bekerja sama dengan Djarum Foundation. SMK Negeri 1 Kudus dijadikan sekolah menengah kejuruan di Indonesia yang mewajibkan anak didiknya untuk sanggup memasak 30 ikon kuliner tradisional Indonesia. Inisiatif tersebut diterjemahkan melalui pembangunan Sekolah Kuliner Dapur Nusantara BNI atau yang kemudian dikenal sebagai "Kudapan BNI".

"Kami bangga bisa mempersembahkan konsep Kuliner Dapur Nusantara untuk menyukseskan promosi 30 ikon kuliner tradisional Indonesia," ujar Wakil Direktur Utama BNI, Felia Salim. Ia berharap, "Kudapan BNI" bukan hanya sekedar untuk mempromosikan 30 ikon kuliner tradisional Indonesia, namun juga mempersembahkan kebesaran nama Indonesia.

Program Director Djarum Foundation, Primadi H. Serad menambahkan, tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas SMK di Kabupaten Kudus serta membuka kesempatan berkarir yang lebih luas di sektor ekonomi kreatif dalam lingkup domestik maupun internasional. Dengan diresmikannya Sekolah Kuliner Dapur Nusantara BNI ini, berharap, SMK Negeri 1 Kudus dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan tinggi dalam berkarya membangun bangsa dan sanggup mengangkat citra kuliner tradisional Indonesia ke kancah internasional.

Sementara itu, pakar jasa boga Indonesia yang telah diakui dunia, William Wongso yang dipilih untuk mendampingi para pendidik kuliner di sekolah kuliner ini mengakui, sudah lama mengenal kuliner Indonesia, tetapi yang selama ini tidak dikenal adalah bagaimana melatih, menciptakan minat dan niat para siswa.

"Bukan untuk menjadi koki secara umum, tetapi sebagai koki spesifik dengan citra bangsa, seperti bagaimana memasak masakan Indonesia yang baik," ujarnya. Untuk itu, dia mengingatkan, agar tidak terkejut jika suatu saat ketika memikirkan kuliner Indonesia pada level SMK akan tertuju ke Kudus.

Kepala SMK Negeri 1 Kudus Sudirman mengaku siap menerima SMK lain yang hendak belajar soal kuliner di sekolahnya, karena memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Apalagi, kata dia, lulusan juga dibekali kemampuan mengolah aneka makanan dan minuman khas Tanah Air yang disepakati sebagai 30 ikon kuliner tradisional Indonesia.

Lebih lanjut Menparekraf mengatakan ada sejumlah kekurangan yang selama ini menghambat kuliner Indonesia terkenal di dunia. Menurutnya, para juru masak tanah air belum memiliki pemahaman tentang standarisasi pengolahan kuliner tradisional Indonesia.

“Ini yang membuat kuliner kita kalah saing dengan kuliner negeri tetangga seperti Thailand yang sudah lebih dulu mendunia”. Ditambahkannya "Belum adanya pemahaman chef mengenai standarisasi dalam mengolah makanan tradisional. Bagaimana menyeseuaikan resep itu dengan bahan baku yang ada jadi harus tahu taste-nya ya," kata Mari

Dicontohkan, misalnya seperti ketika memasak rendang yang benar-benar sesuai resep aslinya. Maka bahan baku santan adalah harus berasal dari kelapa yang tua. Ini yang menurut Mari sering terabaikan karena ketiadaan bahan baku.

Karenanya, kementriannya dalam waktu dekat akan mengirim sejumlah juru masak yang sudah sangat ahli memasak kuliner Indonesia ke lima negara. Tujuannya untuk mengajarkan chef-chef Indonesia yang tengah berada di sana dan juga perwakilan negara kita tentang pemahaman tersebut. Yaitu dengan berpatokan pada standarisasi bahan baku dan pengolahan yang yang termuat pada 30 Ikon Kuliner Indonesia

Hambatan lainnya, yaitu belum banyaknya rumah makan atau restoran masakan asli Indonesia yang ada di luar negeri. Mari mengaku untuk membangun usaha kuliner di luar negeri memang sangat sulit. Selain harus memenuhi sejumlah syarat usaha di negara tersebut, modal atau investasi yang besar juga harus menjadi perhatian utama.

Soal dukungan pemerintah, menurut Mari, sangat penting. Ia mengaku negeri tetangga seperti Thailand dan Malaysia berhasil membawa kulinernya ke dunia internasional karena mendapat dukungan dari pemerintahnya. Misalnya dukungan untuk membuka sejumlah restoran di luar negeri.

Mari mengatakan masih butuh waktu yang cukup lama untuk makanan tradisional Indonesia menjadi primadona internasional. Ia tidak menyebutkan berapa persisnya waktu yang dibutuhkan, tapi ia berkaca pada Thailand yang kini masakan tradisionalnya sudah melanglang dunia.

"Saya rasa cukup lama ya, Thailand saja prosesnya 10-15 tahun untuk kita bisa melihat mereka berhasil seperti sekarang," tandas Mari. Ia mengakui, keberhasilan Thailand dan juga Malaysia tidak lepas dari dukungan pemerintahnya.

Mari Elka Pangestu, mengharapkan seluruh siswa SMKN 1 Kudus menjadi bagian dari pasukan ekonomi kreatif sebagai soft power menjadikan kuliner wahana atau sarana promosi agar eksis di luar negeri. (Puskompublik)

Sumber: http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2533

Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya