Lenggok Gemulai “Emak-emak” di Seloka Swarnadwipa - Sindonews.com


Posted : 03 Dec 2018

Panggung kreatif tidak hanya milik anak muda. “Emak-emak” pun mampu menghadirkan pertunjukan berkelas, megah, dan menghibur tentunya.

Lewat pentas tari bertajuk Seloka Swarnadwipa, sekelompok ibu rumah tangga yang tergabung di Komunitas Perempuan Menari membuktikannya. Pertunjukan Seloka Swarnadwipa yang berlangsung di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta dibuka dengan tarian Gending Sriwijaya dari Sumatera Selatan.

Tujuh perempuan keluar panggung dengan mengenakan pakaian adat, lengkap dengan berbagai aksesoris berupa paksangkong, dodot, tanggai, dan selendang mantri. Sontak, gerak gemulai para penari yang melukiskan penghormatan dan kegembiraan saat menerima kunjungan tamu yang diagungkan ini menghipnosis penikmat seni yang hadir.

Diiringi suara gending, tari Gending Sriwijaya makin terasa khidmat dan agung. Tari Gending Sriwijaya sendiri merupakan tarian kolosal peninggalan kerajaan Sriwijaya, representasi dari tradisi nenek moyang Nusantara.

Tarian yang dahulu hanya dipentaskan di kalangan internal kerajaan ini memang dimaksudkan sebagai tari penyambutan bagi tamu kerajaan. Tarian kolosal ini menggambarkan kegembiraan para gadis, menggambarkan Kerajaan Sriwijaya sebagai tuan rumah yang ramah, tulus, dan terbuka menyambut tamu, sebagai esensi dari sikap saling menghormati antarsesama manusia, dan bersyukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa.

Gerak tari Gending Sriwijaya didominasi gerak membungkuk dan berlutut, sesekali melempar senyum sambil melentikkan jari-jari kuku. Gerakan inti dalam tarian ini adalah gerak penari utama yang membawakan tepak berisi sekapur sirih untuk diberikan kepada tamu kehormatan.

Dahulu, pembawa tepak berisi sekapur sirih hanya diperbolehkan bagi mereka remaja putri dari keturunan raja. Seiring perkembangan zaman, kini para penari dan penari utama Gending Sriwijaya bisa dibawakan siapa saja.

Tari Gending Sriwijaya pun kerap dipentaskan oleh masyarakat Palembang dalam berbagai hajat seperti pernikahan, pertemuan-pertemuan instansi pemerintahan, hingga dalam berbagai perhelatan budaya seperti yang dipentaskan dalam pertunjukan tari Seloka Swarnadwipa ini.

Selain tari Gending Sriwijaya, pementasan Seloka Swarnadwipa juga membawakan beragam tarian khas Melayu lainnya. Suasana yang tadinya hening berubah semarak dengan kehadiran Tari Mak Inang Pulau Kampai dan Cik Minah Sayang, serta Tari Tortor Tandok dari Sumatera Utara, Tari Senandung Kipas dari Riau, dan Tari Indang dari Sumatera Barat.

Diiringi beragam suara alat musik tradisional seperti gendang, tasa, serunai, rebana, suling dan gambus, serta nyanyian dari Aceh berjudul Bungong Jeumpa dan pembacaan puisi berjudul Kau Tau, makin melengkapi pertunjukan Seloka Swarnadwipa sore itu.

Supriadi Arsyad, selaku pelatih dari Komunitas Perempuan Menari, berharap pertun jukan ini mampu mengangkat dan mengembalikan eksistensi peranan seni pertunjukan sebagai media yang efektif bagi masyarakat, sebagai hiburan sekaligus tontonan yang memiliki nilai-nilai sesuai tradisi dan karakter bangsa Indonesia.

“Semoga nilai dan pesan moral yang ingin kami sampaikan melalui pertunjukan ini dapat tersampaikan dengan baik kepada penikmat seni yang hadir di Galeri Indonesia Kaya,” ucapnya.

Meski baru didirikan pada 6 Januari 2018, Komunitas Pe rempuan Menari telah memi liki kurang lebih 40 anggota yang terdiri atas berbagai kalangan mulai ibu rumah tangga hingga pengusaha.

Walaupun memiliki profesi berbedabeda, para perempuan ini memiliki satu kesamaan, yaitu kepedulian pada seni budaya Indonesia yang dapat dilihat dari nilai-nilai tradisi yang ada dalam setiap pertunjukan yang ditampilkan. Komunitas ini pun telah beberapa kali mengadakan pertunjukan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta dan beberapa event lainnya.

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan, melestarikan dan menjaga seni budaya Indonesia dalam hal ini tari-tarian tradisional tak hanya tugas mereka yang berprofesi sebagai pekerja seni atau pun seniman, namun juga menjadi kewajiban seluruh anak bangsa terutama generasi muda.

“Kami harap generasi muda yang menyaksikan pertunjukan ini dapat terinspirasi dan semakin mencintai budaya Indonesia,” kata Renitasari.

Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya