Cerita di balik "arisan" kebakaran di Tambora - beritagar.id


Posted : 18 Nov 2019

Di tengah tingginya populasi penduduk di permukiman padat Tambora, Jakarta Barat, permasalahan listrik masih menjadi musuh utama warga yang akhirnya sempat membuat Tambora rutin “arisan” kebakaran beberapa tahun lalu.

Beberapa tahun lalu, Tambora menjadi salah satu wilayah di Jakarta yang identik dengan kebakaran, terlebih ketika musim panas. Bila dibandingkan dengan wilayah lain di Jakarta Barat, kawasan Tambora dan Cengkareng memiliki frekuensi kebakaran paling tinggi.

Menurut data Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana sejak 2014 hingga Juli 2017, dari 1.016 peristiwa kebakaran di Jakarta Barat dan menelan 26 korban jiwa, Kecamatan Cengkareng (193 kejadian) dan Tambora (122 kejadian) menjadi daerah paling rawan dilalap si jago merah.

Bila menyelisik lebih jauh, ada beberapa faktor yang menyebabkan kawasan Tambora mudah dilalap api kebakaran.

Pertama, kondisi bangunan yang tidak aman. Salah satu pemicu terbesar kebakaran di dua wilayah tersebut adalah kondisi infrastruktur yang didominasi bangunan semi-permanen yang lebih mudah terbakar.

Kedua, perilaku warga yang kerap menyebabkan korsleting listrik. Hal tersebut diperparah oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya dan cara pencegahan kebakaran, serta sikap apatis penduduk setempat, membuat kebakaran di dua kecamatan tersebut makin memprihatinkan.

Sebagai contoh perilaku masyarakat Tambora yang memicu kebakaran adalah pemakaian stop kontak bertumpuk dan instalasi listrik ilegal. Belum lagi, persoalan buruknya saluran arus listrik di kawasan Tambora sudah terjadi bertahun-tahun, diperburuk oleh oknum warga yang tidak menggunakan kabel listrik sesuai standar.

Tak heran, pencurian listrik di permukiman kawasan Tambora sering terjadi. Lazimnya, oknum warga melakukan pencurian dengan cara menambah daya listrik tanpa persetujuan pihak PLN. Oknum tersebut menambahkan film di sekitar kawat MCB atau sakelar lampu supaya memperlambat masuknya daya ke listrik dalam rumah sehingga tagihan listrik menjadi lebih murah.

Ketiga, dengan padatnya rumah penduduk, rendahnya edukasi penanggulangan kebakaran, serta kawasan yang kumuh, bisa memicu terjadinya kebakaran di Tambora secara cepat. Belum lagi, kegiatan warga yang menjalani kebutuhan industri, seperti konveksi atau industri plastik, membuat api secara cepat akan menjalar dari rumah ke rumah.

Percepatan penyebaran api kala terjadi kebakaran di Tambora, tak didukung akses jalan yang mumpuni. Lokasi kebakaran di Tambora yang kerap terjadi di gang sempit, menyulitkan akses mobil pemadam untuk mendekati sumber api. Terlebih beberapa bangunan semi-permanen membuat api lebih cepat membesar, membuat proses pemadaman api di Tambora cenderung lebih lama.

Melihat frekuensi kebakaran yang tinggi di kawasan Tambora dan sekitarnya, salah satu cara efektif adalah melibatkan peran aktif masyarakat dalam langkah pencegahan dan penanganan musibah kebakaran guna menekan angka musibah kebakaran.

Dalam hal ini, Djarum Foundation melalui Djarum Sumbangsih Sosial memberikan Sosialisasi Pencegahan Kebakaran dengan membentuk dan melatih warga Tambora menjadi Satuan Tugas Pemadam Kebakaran (satgas damkar).

Sosialisasi instalasi listrik dengan benar oleh tim Disaster Tambora
Sosialisasi instalasi listrik dengan benar oleh tim Disaster Tambora /Djarum Foundation

Untuk mempercepat edukasi seputar kebakaran, Djarum Foundation dibantu oleh Suku Dinas Kebakaran DKI dan Disaster Tambora dalam memberikan pembekalan kecakapan menghadapi kebakaran dan pencegahan kepada satgas yang berada di wilayah binaan.

Sudah saatnya memutus citra langganan kebakaran di kawasan Tambora dan wilayah-wilayah lain di Jakarta yang rawan tersulut si jago merah.

 

Source. https://beritagar.id/artikel/berita/cerita-di-balik-arisan-kebakaran-di-tambora

Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya