Tumbuhan Penghasil Utama Oksigen

Posted : 03 Jan 2011

Di dunia ini hanya 2 jenis makhluk yang mampu menghasilkan oksigen. "Mereka adalah terumbu karang dan tumbuhan," kata Kol. Inf. Doni Monardo, Komandan Kodim 061 Surya Kancana Bogor. Doni merujuk terumbu karang jenis hermatipik, yang bersimbiosis dengan alga zooxanthellae. Namun, penghasil utama oksigen yang kita hirup setiap hari adalah tumbuhan. Padahal desakan manusia membuat tumbuhan hijau kian berkurang.

Efek yang langsung terasa antara lain peningkatan suhu harian, penurunan muka air tanah, sampai banjir saat penghujan dan kekeringan kala kemarau. Itu lantaran ketiadaan tumbuhan membuat air hujan langsung terbuang ke laut. Hal itu diungkapkan Doni saat menanam trembesi secara simbolis di Pondok Pesantren Al-Ittihaad, Karang Tengah, Cianjur, Jawa Barat. Acara itu dihadiri Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Moeldoko SIP, Kapolda Jawa Barat Irjen Pol. Suparni Parto, dan Bupati Cianjur Drs. H. Tjetjep Soleh MM, serta musisi Virgiawan Listanto alias Iwan Fals.

Kondisi itu membuat Doni miris. Makanya sejak 1992, mantan komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden itu aktif menanam di lingkup tempat tugasnya. Kebiasaan itu terbawa sampai alumni Seskoad itu bertugas di Bogor pada pertengahan 2010. Kali itu, Ki Hujan alias trembesi samanea saman menjadi pilihan. Maklum, pohon asal dataran Afrika itu bandel dan rakus menyerap polutan. Inisiatif Doni disambut kalangan kiai pengasuh 11 pondok pesantren di wilayah Bogor, Cianjur, dan Sukabumi.

Dalam 3 bulan, bekerjasama dengan pesantren, Doni berhasil membibitkan lebih dari 86.000 dan menanam hampir 20.000 bibit Trembesi setinggi 120 cm. Menanam dan membibitkan baru satu hal, merawat dan menjaga pertumbuhannya adalah hal lain. Tanpa bantuan pihak lain, Doni mengakui sulit menjaga tanaman-tanaman muda itu sampai besar. Untungnya Djarum menyambut umpan Doni lewat program Trees For Life, Djarum.

Djarum memulai kepedulian lingkungan sejak 1979. Hingga saat ini, program Trees For Life sukses menanam hampir 2-juta pohon. Toh, itu dirasa masih kurang. Menurut Chairman Supervisory Board Djarum Foundation, Suwarno M Serad, sejak 1990, emisi karbon tanah air melonjak dari 100-juta ton menjadi 350-juta ton pada 2009. "Artinya, kita harus menanam dan menanam lebih banyak lagi pohon," kata Suwarno.

Selain memberangus polutan, pohon Trembesi mampu memantulkan fluks radiasi sinar matahari sehingga tidak menerpa tanah. Daya simpan air tanah di sekitar pohon pun meningkat lantaran karakter akar yang ekstensif sehingga mengurangi larian (runoff water) air hujan.

Namun, tidak semua pihak sependapat dengan penanaman Trembesi. "Banyak tanaman asal tanah air yang potensial," kata Prof. Dr. Mochamad Na'iem, dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tajuk lebar Trembesi dan perakaran ekstensif membuat tanaman lain tidak bisa hidup di bawahnya. Kayunya juga berbuku-buku sehingga tidak layak dijadikan kayu olahan. Menurut Na'iem, kayu-kayu penting yang mulai langka pantas menjadi alternatif Trembesi. Kayu-kayu itu antara lain gmelina gmelina arborea, meranti shorea roxburghii, meranti merah shorea selanica, atau kayu ulin eusideroxylon zwageri.

 

Lihat foto terkait

Lihat video terkait


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya