"KONGSO ADU JAGO" karya Wayang Orang Bharata

Posted : 01 Sep 2014

Bakti Budaya Djarum Foundation kembali mendukung karya Wayang Orang Bharata, kali ini menampilkan judul “Kongso Adu Jago”. Pertunjukan telah berlangsung pada tanggal 30 Agustus 2014, pukul 20.00 WIB, di Gedung WO Bharata, Jl. Kalilio No. 15, Senen, Jakarta.

Kisah ini menceritakan tentang perebutan kekuasaan Kerajaan Mandura. Kerajaan ini dipimpin oleh Prabu Basudewo, ayah tiri Kongsodewo dan ayah kandung dari Kokrosono (Bolodewo), Noroyono (Kresno) dan Brotojoyo (Sembodro).

Kongsodewo sangat bernafsu untuk merebut Kerajaan Manduro dengan siasat “adu jago”. Kongsodewo pun meminta bantuan Suratimontro pamannya menjadi jagonya. Kemudian ia memerintahkan para prajuritnya untuk membunuh Kokrosono dan Noroyono karena mereka berdua menjadi penghalang niatnya dan menyuruh mereka mencari wanita idamannya, Brotojoyo, untuk dijadikan permaisurinya.

Prabu Kongsodewo sangat marah melihat Suratimontro terbunuh, lalu dia menghajar Brotoseno

Dari pihak Kerajaan Manduro, Ugroseno, adik Dewi Kunthi, diutus untuk mencari jago bagi Kerajaan Manduro. Di tengah pencariannya, Ugroseno bertemu dengan keponakannya, Brotoseno (Bima) yang sedang mencari Permadi (Arjuna). Ugroseno akan membantu Brotoseno asalkan Brotoseno mau menjadi jago untuk Manduro. Brotoseno menyanggupinya.

Pada hari yang telah ditentukan di arena pertarungan, Brotoseno dan Suratimontro saling beradu. Kedua jago sama-sama kuat hingga akhirnya Brotoseno terdesak dan hendak dibunuh Suratimontro. Namun Suratimontro teralihkan pandangannya ketika ia melihat Kokrosono dan Noroyono diantara para penonton. Teringat akan perintah Kongsodewo untuk membunuh kedua putra mahkota Mandura itu, Suratimontro menjadi lengah dan Brotoseno menggunakan kesempatan itu dengan menghunuskan Kuku Pancanaka-nya ke tubuh Suratimontro.

Karena sebuah kesalahpahaman Permadi meninggal di tangan Kakrasana, namun dapat dihidupkan kembali

Prabu Kongsodewo sangat marah melihat Suratimontro terbunuh, dan dia menghajar Brotoseno serta mengejar Kokrosono dan Noroyono untuk dibunuh.  Muncul Brotojoyo dan Permadi yang membuat Kongsodewo terkesima melihat wanita idamannya. Kongsodewo berniat mendekati Brotojoyo, namun Permadi melepaskan anak panahnya dan tepat mengenai dada Kongsodewo. Kemudian Kokrosono dan Noroyono menghantamkan pusaka masing-masing ke tubuh Kongsodewo. Kongsodewo akhirnya gugur. Mendung yang menyelimuti Kerajaan Mandura berangsur-angsur hilang bersamaan munculnya ketiga Putra Mahkota Mandura dengan penuh bahagia.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan kesenian tradisional dapat kembali kedalam hati berbagai kalangan lainnya, karena keindahannya sebenarnya tak lekang oleh jaman. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya