Road to Campus 2016 Menyentuh Kaum Muda di Perbatasan

Posted : 06 Apr 2016

Ribuan mahasiswa di Tarakan, Merauke dan Kupang mendapatkan wawasan nasionalisme dan patriotisme agar lebih memiliki mental, percaya diri untuk kompetisi global. Tokoh nasional hadir sebagai narasumber: Drs H. Sidarto Danusubroto SH,  Nusron Wahid S.S, Yenny Wahid, Nia Dinata, dan Inayah Wahid

Republik Indonesia, disingkat RI atau Indonesia, adalah negara berpotensi luar biasa. Keberagaman  suku bangsa, bahasa, dan agama Indonesia terpadu dalam"Bhinneka Tunggal Ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu") yang berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

Sejarah membuktikan Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya baik dari negara tetangga hingga mancanegara, dan sebaliknya Indonesia pun memberi kontribusi sejarah ke dunia.  Sejak abad ke-1 kapal dagang Indonesia telah berlayar jauh, bahkan sampai ke Afrika, misalnya, dan menjadi bagian histori perdagangan rempah dunia.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih dari 13,000 pulau, Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Daerah perbatasan Indonesia tersebut adalah muka, atau halaman depan dari bangsa. Masyarakat di perbatasan, termasuk kaum mudanya, merupakan salahsatu garda terdepan dalam berinteraksi dengan negara tetangga,

Dalam konteks ini, tokoh muda Inayah Wahid mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk bangga dan bersyukur atas kekayaan alam serta keragaman yang dimiliki Indonesia. Banyak bangsa lain yang tidak memiliki kekayaan serupa dan sangat menginginkan apa yang dimiliki Indonesia.

"Sudah sepatutnya kita bersyukur dan memanfaatkan berkah ini dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan bangsa," ujar Inayah Wahid, putri presiden RI ke-4 yang aktif di bidang sosial budaya, saat berbicara di ‘Road to Campus’ di Universitas Nusa Cendana, Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang dipandu oleh pembawa acara dan jurnalis terkemuka Indonesia Rosianna Silalahi pada Sabtu 4 Juni 2016 lalu.

Pemikiran tersebut menurut Inayah juga harus tertanam pada generasi muda Indonesia di perbatasan dengan menumbuhkan rasa cinta pada tanah air.  Menurutnya apabila rasa cinta dan syukur sudah muncul, maka masyarakat perbatasan tidak akan fokus pada 'kemilau tetangga' karena kita akan sibuk untuk memberikan yang terbaik untuk Indonesia.

‘Road to Campus (RTC)’ adalah adalah program Djarum Foundation dalam pelatihan ketrampilan lunak (soft skills) sebagai pelengkap pencapaian akademik (hard skills) mahasiswa. Berupa talk show singkat tentang wawasan kebangsaan yang dikemas dengan sangat interaktif dan menarik ke berbagai Perguruan Tinggi, dan telah dijalankan oleh sejak tahun 2007.

“Road to Campus hadir sebagai bagian dari komitmen kami memberikan soft skills kepercayaan diri dan wawasan kebangsaan pada kaum muda sebagai bagian dari bangsa yang tangguh berkompetisi di era globalisasi,” ujar Lounardus Saptopranolo, Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation.

Sapto menambahkan, “Djarum Foundation berharap talk show ini memberi pandangan agar kaum muda lebih memiliki percaya diri. Kalian harus bisa membuktikan bahwa cinta ke bangsa tak bergeming dengan iming-iming bangsa tetangga. Ibarat pekarangan, lihatlah bahwa rumput pekarangan kita, lebih hijau dari halaman tetangga.”

Inayah Wahid, menambahkan “Yang pertama anak muda Indonesia dapat lakukan,  khususnya mereka di perbatasan, adalah menumbuhkan rasa cinta pada Indonesia. Mensyukuri semua berkah yang sudah kita miliki. Banyak bangsa lain yang tidak memiliki kekayaan seperti yang kita miliki, dan sangat menginginkan apa yang kita punya, sehingga sudah sepatutnya kita bersyukur dan memanfaatkan berkah ini dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan bangsa.”

Apabila rasa cinta dan syukur sudah muncul, maka kita tidak akan fokus pada 'kemilau tetangga' lagi, karena kita akan sibuk untuk memberikan yang terbaik buat Indonesia. Kita akan menemukan banyak sekali cara untuk menunjukkan kecintaan kita tersebut lewat apapun yang kita bisa perbuat. Tidak peduli dimana kita berada dan apapun posisi kita,” imbuhnya.

Ucapan  tersebut diamini oleh Aleta Baun, perempuan pahlawan lingkungan dari NTT yg juga hadir di RTC  Kupang bersama Inayah Wahid serta Pater Gregorius Neonbasu, peneliti budaya yang juga pakar antropologi.

Aleta Baun menyampaikan, hingga mempertaruhkan nyawanya, wujud rasa nasionalisme yang dia lakukan adalah dengan menjaga alam Indonesia, khususnya di NTT "Batu adalah tulang, air adalah darah. Jika tulang dan darah rusak, maka rusak tubuh kita sebagai manusia. Begitu juga jika batu dan air rusak, maka rusak pula akan kita, Indonesia,” pungkasnya.

Sementara Pater Gregor Neobasu SVD menambahkan,,”Bangsa kita, yang sangat kaya dan memliki falsafah Bninneka Tunggal Ika, perlu lebih menekankan ‘Bhinneka’ dibandingkan ‘Ika’ Saya mengajak kaum muda untuk merevisit, merejuvenate dan merevitalisasi nilai-nilai luhur kita”

Acara di Kupang, Nusa Tenggara Timur ini menutup rangkaian Program RTC 2016 yang telah hadir di  di 3 universitas yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Indonesia yakni Universitas Borneo Tarakan (13 Februari 2016) dan Universitas Musamus Merauke (30 April 2016);  menggenapi RTC lain yang telah dihadiri puluhan ribu mahasiswa

Drs. H. Sidarto Danusubroto SH, tokoh nasional yang saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden, dan telah hadir di RTC di Tarakan menyampaikan, “Kaum muda yang berada di perbatasan adalah salahsatu ujung tombak dalam menjaga kedaulatan bangsa. Saya berharap kalian selalu giat belajar, mengembangkan wawasan dan kecakapan emosional agar dapat selalu bersikap dan bertindak dengan tepat dalam memilih dan memilah gempuran budaya asing dan perkembangan teknologi.”

Sementara Yenny Wahid (Direktur Wahid Institut dan Putri Presiden RI ke-4) yang telah hadir di RTC Merauke menambahkan, “Tidak ada pilihan lain selain merawat bumi dimana kita berpijak, tempat kita hidup, untuk mewujudkan nasionalisme. Toleransi dan keberagaman apabila dikelola dengan baik, akan menjadikan negara ini kuat dan unggul. Karenanya,  kita syukuri karunia negara yang kita punya, kita jaga warisan dari leluhur kita dengan sebaik-baiknya,”

end

 “Satu-satunya pilihan mewujudkan nasionalisme adalah dengan menjaga bumi tempat kita berpijak” – Yenny Wahid di Merauke

 

Nia Dinata menyapa penonton sebelum naik ke atas panggung “Perempuan Papua adalah Ibu yang luar biasa tangguh, mereka memiliki kebijaksanaan yang hebat dan mampu menghidupi keluarganya.”

 

“Kaum muda harus selalu berpikir dan bertindak positif, mensyukuri apa yang dimiliki, namun tidak berhenti berbuat sesuatu yang positif yang berguna bagi banyak orang,” kata Inayah Wahid di Kupang

 

Nusron Wahid di Tarakan, “Pegangan kaum intelektual muda hanya 2: akal sehat, dan, nurani”


Share to Facebook Share to Twitter Share to Google

Artikel Lainnya

Video Lainnya